Lebih Murah

dsc_0123.jpg

Setiap dari kita, pasti pernah belanja yaa. Apapun dan dimana pun. Beli pulsa, baju, sepatu, sabun, sampo, makanan, dan lain-lain. Belinya bisa dimana saja, dipasar, ditoko, di supermarket, diwarung emperan, marketplace, toko online dan lain-lain. Ada yang murah, ada yang mahal. Ada yang murah banget, ada yang mahal banget. Ada yang diskon 20%, ada juga yang berupa cashback. Hari hari ini, perang harga memang luar biasa, tak terkendali. Ada juga yang perang kualitas dan pelayanan, ini yang biasanya stabil. Ada pula yang berlomba-lomba dalam mendapatkan rupiah dengan cara penipuan. Berbagai macam cara dilakukan dan itu tidak sedikit, buanyaaak. Semoga kita hanya bertransaksi jual-beli dengan yang halal saja, dijauhkan dari yang haram, apalagi yang Riba. Namanya juga RIBA (ngeRIBAnget).

KSN 2017 mengajarkan saya banyak hal terkait prinsip jual beli. Khususnya tentang kepada siapa kita membeli sesuatu. Karena dengan membeli sesuatu kepada orang atau kelompok, kita sama saja memberi sumbangsih kepada orang atau kelompok tersebut. Maka menjadi hal yang amat penting buat kita, dengan siapa kita membeli sesuatu. Materi tentang “Berselancar di Punggung Hiu” yang disampaikan oleh Mas Jaya Setiabudi pada KSN 2017, itu yang paling nempel pada saya hingga saat ini. Tidak banyak memang, tapi intinya yaitu “Kepada siapa uang belanja kita mengalir?”. Apakah kepada orang yang pro islam? atau orang yang yang benci terhadap islam? Apakah orang yang ingin membangun bangsa ini? Atau orang yang justru ingin menghancurkan bangsa ini?

Terlebih dengan ceramah yang disampaikan Ustadz Zulkifli Muhammad Ali, terkait cara menumbuhkan ekonomi umat. Beliau mengajak kita untuk memprioritaskan belanja di usaha atau produk milik muslim. Semakin mendukung materi yang disampai Mas Jaya Setiabudi pada KSN 2017 lalu. Kadang kita, termasuk saya masih perhitungan banget soal harga. Contohnya begini, warung tetangga kita menjual produk A dengan harga 5000, sedangkan minimarket yang ada tiap 100 meter, menjual produk A dengan harga 4.800. Dengan margin Cuma 200, kita kadang lebih memilih membeli produk A di minimarket yang tiap 100 meter itu. Padahal kita tahu, bahwa tetangga kita juga menjual produk A. Bukankah ketika kita belanja di warung tetangga kita, berarti juga mendukung perekonomian tetangga kita juga? Makanya ada anjuran untuk memprioritaskan belanja dengan saudara atau tetangga terdekat. Kalo kata Ustadz Zulkifli, cobalah niatkan selisih harganya itu untuk disedekahkan kepada tetangga kita. Kadang berat memang terkait masalah harga ini, perlu pemahaman, niat, dan pembiasaan. Yang pasti harus ada ikhtiar kita untuk mengarah kesana. Mulai dari sekarang, dari diri sendiri, tanpa tapi, tanpa nanti.

Yuklah mulai melek dengan isu ekonomi ini. Karena banyak yang tidak sadar, ekonomi kita ini sedang dijajah dari segala arah. Kita masih banyak yang terlalu menikmati dengan kondisi perekonomian yang ada. Dengan label diskon, cashback, Free Ongkir, dan lain-lain. Memang tidak semua, tapi kebanyakan pemberi label itu punya “misi tersembunyi” terhadap perekonomian bangsa ini. Memang cocok judul seminar Mas J di KSN 2017 waktu itu, “Berselancar di Punggung Hiu”. Maknanya yaitu, Ketika kita menikmati sensasi berselancar, akan ada waktunya Hiu itu akan reaktif dan menerkam orang yang berselancar itu. Semoga kita menjadi orang yang selalu berusaha untuk memajukan perekonomian bangsa ini, umat ini. Karena saat ini, “Keberpihakan” itu penting kawan. Sebagaimana keberpihakan semut ketika Nabi Ibrahim ingin dibakar. Perhatikanlah dimana keberpihakan kita. Semoga keberpihakan kita berada dijalan yang benar dan diberkahi oleh Allah SWT, Aamiin.

Tinggalkan komentar